Perjalanan Mudik ke Surabaya

Tanggal 29 September 2008, aku dan istri melakukan perjalanan mudik ke Surabaya menggunakan Kereta Api Sembrani, diantar sampai ke Stasiun Gambir dan tiba pukul 17.00 terlalu cepat rupanya. Kemudian aku dan istri menunggu beberapa jam sampai akhirnya pada pukul 18.45 kereta api tiba di Gambir.

Sedang Menunggu Kereta

Sedang Menunggu Kereta

Di peron 3, banyak sekali sampah berceceran, terutama sampah kertas koran dan plastik. Wah pemudik gimana sih, kebersihan kan sebagian dari iman. Wah mengurangi pahala puasa aja karena membuat repot orang lain yang membersihkannya. Ataukah memang mental jorok bangsa kita ya?

Peron 3 yang Kotor

Peron 3 yang Kotor

Aku masuk ke gerbong enam kursi nomor 4A dan 4B. Rupanya gerbong kereta sembrani kali ini adalah gerbong baru alias gres. Disain yang bagus, nyaman sekali dan rapi serta modern. Modern karena pintu otomatis ada di tiap gerbong. Berbeda dengan kereta sembrani jaman dulu. Cuma sayangnya, gak semua penumpang ngerti teknologi, itu pintu otomatis dipaksa nutup bahkan didorong-dorong, mungkin karena masih baru jadi masih bagus, coba kalo sudah dilakukan 100 kali percobaan mendorong memaksa wah bakalan rusak pula.

Keadaan Gerbong yang Masih Baru

Keadaan Gerbong yang Masih Baru

Kemudian ada 4 TV layer datar merek LG nangkring di ujung-ujung gerbong, Cuma sayangnya selama perjalanan, pihak perumka pelit menayangkan video atau tontonan penghibur. Belum seva dvd nya kali. Kemudian di tiap bangku, dibawah meja terdapat steker loh, bisa digunakan untuk mengisi baterai HP dan laptop atau alat elektronik lainnya. Rupanya colokan ini adalah colokan putar jadi diputar dulu searah jarum jam baru dimasukkan. Keren kan?

Sedang Mengisi Baterai HP

Sedang Mengisi Baterai HP

Ada pula lampu baca/remang-remang di tiap baris kursi, Cuma sayangnya tanpa itupun juga gak ngaruh karena lampu sentral tetap nyala dengan sangat terang di malam hari sehingga entah apa kegunaannya? Dan banyak anak anak kecil yang iseng bermain sakelar lampu itu. Cepet rusak deh. Serba salah kan, dikasih kereta baru dan bagus eh penumpangnya pada norak, pada jorok sehingga bikin keretanya cepat rusak.

Untuk bagasi di atas, sudah terdapat tutup bagasi seperti di pesawat, lagi-lagi mungkin penumpangnya pada kikuk jadi tutup nya tidak ditutup sehingga bisa jadi barang bawaannya jatuh menimpa dirinya sendiri.

Bagaimana dengan kamar mandinya? Disainnya oke, ada wastafel yang lebar dilengkapi dengan kaca yang lebar pula, ditemani oleh wc duduk yang bagus. Cuma sayang, mental jorok bangsa kita lagi-lagi yang membuat kamar mandi yang bagus dan bersih itu menjadi tidak bagus dan kotor lagi. Menyedihkan. Apa bangsa kita jorok ya? Naik kereta eksekutif belum siap kali ya karena mentalnya masih mental ecek ecek.

Toilet Kereta

Toilet Kereta

Keamanan, wah hampir tiap setengah jam sekali, seorang polisi khusus Kereta Api mondar-mandir patroli sampai bosan aku melihat si bapak polsuska itu untungnya kebanyakan waktuku di kereta aku gunakan untuk tidur.

Namun strategi dagang restorasi Kereta masih sama aja sejak dulu, makan malam gratis jatah penumpang sengaja tidak dikeluarkan dulu. Mereka tiba-tiba mengeluarkan makanan berbayar mahal dengan bunyi “Yang makan malam, yang makan malam”. Bagi yang tidak tahu sudah bisa dipastikan akan mengambilnya entah itu steak atau nasi goreng, contohnya kakakku yang dipikir itu adalah jatah gratis, maka dia ambil yang enak yaitu steak. Eh sejam kemudian datanglah bon penagihan sebesar Rp 30.000. Sempat aku tanyakan kapan makanan jatah keluar, petugas mengatakan sedang di service, boong banget hampir 2 jam, baru muncul, servis apaan? Ternyata ketika aku ke gerbong restorasi, sudah ada piring-piring bekas makanan penumpang lain, dugaanku penumpang gerbong kereta lain sudah di service sedangkan yang lain belum, gantian nih piringnya?

Dan akhirnya setelah 2 jam muncul juga, menunya sayur nangka, bandeng presto, nasi putih, telur-teluran, krupuk udang, dan pisang. Aku amati banyak penumpang yang tidak memakan sayur nangkanya, mungkin takut basi. Istriku tidak mengambil jatah makannya karena sudah makan bekal rendang dari rumah.

Dini harinya pukul 02.30, aku dan penumpang lain dibangunkan oleh bunyi-bunyi “Yang sahur yang sahur, nasi campur, nasi goreng”. Wah jualan lagi nih, okelah aku coba beli nasi campur seharga Rp 17.000,00 yang berisi sedikit nasi putih tentunya ditambah buncis, wortel, daging empal, dan separuh telur ayam balado. Cocok untuk istriku, sedangkan aku makan bekal dari rumah. Lumayan ngirit lah.

Tepat jam 7.05 kereta tiba di Stasiun Surabaya Pasar Turi, sebagaimana yang tertera di tiket kereta. Hebat, hebat, hebat, baru kali ini aku naik kereta yang tepat waktu datangnya, biasanya molor 15 – 60 menit bahkan pernah molor 24 jam gara-gara ada kereta anjlok. Alhamdulillah kami tiba di kota Surabaya dengan selamat, di pintu keluar sudah ada kakak yang menjemput jadi tidak perlu repot tawar-menawar dengan taksi yang menaikkan tarif dengan seenaknya dan menolak memakai argo. Kata kakakku sekomplek stasiun sudah saling sepakat untuk menolak memakai argo.